“Pelukan Terakhir Menggugat Negeri”
Mereka bilang kasih ibu sepanjang masa. Tapi di tanah ini kasih ibu berhenti di Bawah lumpur. Dengarkan.... ini bukan fiksi. Ini Neurologi untuk hati Nurani yang mati
Berita pagi datang merobek nalar dan logika. Tim sar terdiam kaku di balik reruntuhan sisa. Di antara puing kayu dan tanah merah yang basah. Di temukan dua raga menyerah namun tak pasrah.
Seorang ibu mendekap anaknya erat sekali. Melingkarkan lengan menjadi perisai yg abadi. Seolah dia berbisik di detik air menerjang. "Tenanglah nak ibu disini jangan kau berlinang"
Mereka di temukan mati masih dalam pelukan . Membeku dalam dingin terseret arus kerusakan. Itu bukan sekedar mayat tuan itu monumen cinta. Yang kalah oleh ganas nya air akibat hutan yang kau minta.
Bayangkan anak itu nafas terakhir nya di dada sang bunda. Sementara kalian di istana tertawa menunda nunda. Bantuan yang tak sampai , mitigasi yang cuma wacana. Pelukan itu saksi bisu kejahatan kalian yang sempurna.
Ibu dan anak berpelukan tidur dalam lumpur. Sementara tuan berdasi tidur di Kasur Makmur.
Pelukan itu adalah benteng terakhir yang runtuh. Bukan karena rapuhnya cinta sang ibu. Tapi karena rapuh nya moral kalian yang runtuh.
Ibu itu mendekap anaknya agar tak kedinginan. Sementara kalian mendekap uang agar tak kelaparan.
Dan untuk tuan di kursi tinggi. Tidur nyenyak kah malam ini?
bayangan pelukan mereka akan menghantuimu sampai mati !!!!!